Part 1 : baca disini
=====================================================
Pada bulan Juli 2011, setelah menulis artikel untuk Stanford Magazine, saya terbang ke Korea Selatan untuk melacak beberapa jaksa penuntut online — dan untuk melihat bagaimana kondisi Lee. Dia tak lagi tampil atau melakukan rekaman dan sekarang jarang meninggalkan apartemennya, di sebuah kawasan kelas pekerja di Seoul. Dia menjadi seorang pertapa di usianya yang ke-30.
Saya tiba di Seoul di hari2 perilisan artikel saya. Artikel itu menegaskan fakta bahwa Stanford dengan jelas mengonfirmasi catatan akademik Lee dan para profesor menjaminnya. Tidak ada keraguan bahwa dia kuliah di universitas itu dan lulus tepat seperti yang dikatakannya. Bukti2nya, bagi saya, tak meninggalkan ruang untuk disanggah.
Ternyata saya salah. Selama di Seoul, saya dihujani email2 keras dari para pembaca yang tetap yakin bahwa ijazah Lee pasti -entah bagaimana caranya- adalah palsu. Mereka mengirimkan peringatan detail bahwa letak tanda2 koma dan kata2 hubung di dokumen itu menimbulkan kecurigaan. Jika saya menolak melihatnya, mereka mengklaim, saya pasti menjadi bagian dari konspirasi. “Kau membuat kotoran busuk dengan namamu tertulis di atasnya,” seseorang mengirim email pada saya. “Para pemain <Tablo Online> tidak akan pernah lupa.”
Lee awalnya menolak untuk berbicara dengan saya — dia yakin bahwa dengan mempublikasikan tuduhan2 para pemfitnahnya, media hanya akan termakan oleh konspirasi dan lebih banyak anggota forum akan terekrut. Tapi setelah menjelaskan bahwa saya ingin mendengar ceritanya langsung dari pihak pertama, dia mengalah dan menemui saya di lobi hotel tempat saya menginap
Saat berjalan, Lee tampak ketakutan. Dia bukan lagi bintang hip hop yang sombong. Rambutnya tebal dan acak2an. Gelisah dengan sebatang rokok yang tak dinyalakan, matanya menyapu ruangan dengan gugup. Orang2 di lobi melihat ke arahnya. Saya bertanya bagaimana perasaannya.
“Mereka berkata saya bukanlah diri saya, dan saya tidak bisa meyakinkan mereka bahwa saya benar,” dia bergumam. “Rasanya seperti hidup di dalam novel Kafka.”
Reaksi2 terhadap artikel Stanford Magazine saya adalah liku2 terbaru. Lee mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pada saya daftar artikel2 yang paling banyak dibaca di salah satu portal internet terbesar di Korea. “Daniel Lee Lain Merespon Isu Pendidikan Tablo” adalah headline berita no.1 di situs itu. Penulis artikel itu meremehkan fakta bahwa laporan saya mengonfirmasi kredensial Lee dan justru mengaitkan dengan poin2 kebetulan bahwa saya pernah berbicara dengan seorang Dan Lee yang lulus bersama sang musisi. Semua itu sengaja dilakukan dengan pengalihan terbaik, dalam pemutarbalikan terburuk.
Lee meminta bisakah saya berbicara pada para jurnalis dan mengklarifikasi apa yang Dan Lee lain telah katakan pada saya. Saya harus menolak. Artikel Stanford saya menyatakan hasil penyelidikan saya; jika saya berbicara pada seseorang demi kepentingannya, saya akan dianggap bias. Meskipun terasa kejam, saya berkata padanya bahwa saya tidak bisa melakukan itu.
Dia tampak putus asa. “Tak ada yang bisa saya lakukan untuk melawan ini,” katanya. Suaranya tegang, seperti sedang di ambang tangis. Istrinya baru saja melahirkan anak pertama mereka saat forum TaJinYo terbentuk. Awalnya dia sangat bahagia karena menjadi seorang ayah, sekarang dia mencemaskan keselamatan bayinya.
Segera setelah kelahiran putrinya, dia melihat sebuah tweet mengerikan yang menunjukkan twitternya dikuasai dan mengancamnya jika dia tetap di Korea. Saat dia membawa bayi kecilnya ke rumah sakit untuk menjalani check-up rutin, dia melihat orang2 menatapnya dengan dingin dan dia pun panik. “Saya tidak tahu apakah dokter yang menyuntik bayi saya adalah salah satu dari orang2 itu,” katanya. “Mereka semua anonim, sehingga tak ada cara bagi saya untuk mengetahui siapa yang menyerang saya.”
“Tak ada cara bagi saya untuk mengetahui siapa yang menyerang saya,” kata Lee. Photo: Miko Lim
Saat itulah dia mulai merespon ancaman2 itu dengan serius. Dia menyewa seorang pengacara dan mengajukan gugatan pencemaran nama baik terhadap 22 penyerangnya yang paling mengerikan, termasuk Whatbecomes. Saya bertanya apakah dia memiliki dugaan2 kenapa serangan baru dimulai pada 2010, lima tahun setelah dia mencapai puncak popularitas dan tiga tahun setelah pemalsuan ijazah menjadi sebuah topik panas di Korea.
“Saya tidak ingin membicarakan tentang itu,” katanya.
Pasti ada beberapa alasan atas serangan tiba2 itu, saya menekannya. Publik telah mengetahui selama bertahun2 bahwa Lee adalah warga Kanada sehingga dia dibebaskan dari pendaftaran wajib militer Korea. Pernikahannya pada akhir tahun 2009 mungkin telah membuat beberapa fans menjauh, tapi banyak selebriti menikah tanpa mengalami fitnah mengerikan. Dan Whatbecomes faktanya telah memposting komentar2 keji secara online selama bertahun2. Apa yang membuat orang2 mendengarkannya kali ini? Lee menghindari tatapan saya dan bertanya apakah saya menyukai barbeque Korea.
Di sebuah toko buku di kawasan perumahan yang cukup tenang di Seoul, saya duduk menghadap meja kecil bersama seorang anggota anti-Lee yang meminta saya untuk menyebutnya sebagai Stevie. Seorang programmer software, mengenakan blazer biru dengan celana corduroy dan membawa sebuah iPad dengan case pink cerah. Kami memesan teh, dan Stevie melanjutkan dengan penjelasan bahwa dia berusaha keras untuk pekerjaannya. Saat dia membaca bahwa Lee berbohong agar menjadi sukses, itu membuatnya marah. Saya bertanya kenapa dia memercayai rumor2 itu. Dia menyebutkan beberapa tuduhan yang telah terbukti tidak benar, dan lalu mengatakan bahwa dia masih punya sesuatu yang lain. Dia membuka iPad-nya dan menunjukkan pada saya sebuah kompilasi postingan2 blog. Semuanya ditulis oleh seseorang yang menyebut dirinya Seungmin Cho, sepupu Lee.
Postingan2 paling awal berisi pembentukan forum TaJinYo. Salah satunya berisi reaksi atas pernikahan Lee dengan Hyejung Kang, seorang bintang film cantik yang telah membintangi beberapa film terpopuler Korea.
“Dear Seonwoong,” tulis blogger itu, merujuk pada nama pertama Korea Lee. “Kamu berbohong tentang IQ-mu, kamu bahkan bukan seorang siswa pandai di sekolah menengah, dan pengakuanmu telah lulus dari Stanford dengan IPK 4,0 juga semuanya bohong.” Sang penulis artikel merendahkan Lee sebagai seorang siswa dengan prestasi rendah di sekolah menengah (“Kamu bahkan tidak masuk 10 besar“) dan mengakhiri artikel itu dengan peringatan keras : “Mulai sekarang, berhenti melebih2kan dan hiduplah dengan sebenarnya atau orang2 akan mulai bergosip tentang kampung halaman orangtuamu.”
Stevie menutup cover iPad-nya. “Bahkan pria ini, yang menyebut Lee adalah sepupunya, menyebutnya seorang pembohong,” katanya.
Melintasi kota, di sebuah kafe yang sibuk, saya menemui anggota aktif kampanye anti-Lee yang lain. Keunbai Hwang adalah seorang editor sebuah situs berita olahraga Korea, dan dia bahkan tampak lebih kesal. “Sepupu Lee adalah orang terpenting dalam kasus ini,” kata Hwang, menyebutkan bahwa tuduhan2 itu, datang dari seorang anggota keluarga, yang menjadi sumber terpercaya dalam skandal ini. Hwang menjelaskan bahwa yang lainnya, seperti Whatbecomes, memperkuat tuduhan2 dan mengubahnya menjadi gerakan massa. Tapi, menurut Hwang, sang sepupulah yang menyulut api.
Dengan bantuan seorang penerjemah, saya mencari papan2 buletin Korea dan membaca lebih banyak postingan dari seorang yang mengaku sepupu Lee tersebut. Penulisnya berkali2 menuduh Lee berbohong tentang prestasi2 akademiknya, dan postingan2nya memicu diskusi panas. “Tidakkah kalian pikir seorang anggota keluarga akan mengetahui sesuatu seperti ini?” tulis seorang komentator, yang mengupload sebuah screenshot dari semua postingan agar bisa dilihat yang lain. Tuduhan2 itu tampaknya memiliki efek kuat dalam meyakinkan orang2 bahwa Whatbecomes benar saat menyebut Lee seorang pembohong.
“Kebenarannya ada pada komentar2 sang sepupu,” tulis seseorang.
“Saya percaya 100% pada pernyataan2nya,” tambah yang lain.
Saya menemui Lee lagi di Grand Hyatt Hotel. Kami duduk di lounge, memandang Sungai Han di kejauhan dan memesan kopi. Kali ini saya menanyainya tentang sepupunya. Dia berkata tidak ingin membawa aib untuk keluarganya dengan membahas hal itu. Tapi saat saya mengatakan bahwa seseorang yang membawa nama keluarga telah menyerangnya di depan publik, Lee akhirnya mengakui bahwa dia membaca postingan2 itu dan menduga mereka memainkan sebuah peran untuk memicu kontroversi.
“Semua berawal dari cerita masa lalu,” Lee berkata dengan letih.
Lalu dia mulai menceritakan pada saya tentang Seungmin Cho, sepupu yang tumbuh bersamanya. Cho setahun lebih tua dari Lee, dan kehidupan mereka saling mencerminkan satu sama lain. Saat di sekolah dasar, kedua keluarga itu pindah ke Vancouver, Kanada. Saat sekolah menengah, mereka kembali ke Seoul, dan kedua pemuda ini bersekolah di Seoul International School, sebuah sekolah kecil berbahasa Inggris.
Tapi persamaan keduanya berakhir di sini, kata Lee. Cho adalah seorang siswa rajin dan pemain biola berbakat. Dia adalah pemimpin konser di orkestra SIS. Lee mendeskripsikan dirinya sebagai seorang pembangkang yang gemar berkelahi, merokok, dan tidak suka belajar. Tiga guru dari sekolah mengonfirmasi bahwa Cho adalah peraih prestasi tinggi yang patuh pada peraturan.
Kurangnya fokus Lee terhadap akademik membuat ayahnya frustasi, dan terus-menerus mendorong anaknya untuk lebih baik dan bersikeras bahwa dia harus bermain biola di orkestra sekolah, seperti Cho. Lee jarang berlatih. Di sebuah gladi dia melanjutkan sebuah concerto dari Brandenburg menjadi tema Jurassic Park, membuat orkestra kacau. Dia dialihkan menjadi pemain timpa, yang hanya mendatangkan kekacauan lebih besar. Setelah mewarnai rambutnya menjadi biru, Lee dikeluarkan dari sekolah.
Cho, pemain biola berdedikasi dan siswa yang berhasil, merasa malu dengan perilaku Lee. Tapi semua jerih payah Cho terbayar saat dia diterima di Stanford. Dia telah melakukan semuanya dengan baik.
Lalu setahun kemudian Lee juga diterima di Stanford. “Dan adalah anak yang tidak mematuhi peraturan,” kata Margaret Simmons, seorang guru Bahasa Inggris di SIS saat Cho dan Lee bersekolah di sana. Lee, katanya, luar biasa cerdas dan kreatif — dia tidak terkejut Lee diterima di salah satu universitas terbaik. Mungkin konflik di antara kedua pemuda itu tak bisa dihindari. Cho adalah musisi sempurna, sedangkan Lee adalah anak yang menolak untuk berlatih memainkan biola. Dan sekarang justru Lee yang meraih popularitas sebagai musisi terkenal.
“Seperti cerita Cain dan Abel (Qabil dan Habil),” kata Simmons.
Pada bulan Januari 2010, Cho memposting sebuah video di facebook dimana dia bermain biola solo dengan penuh semangat. Dia mengupload video itu di Youtube dengan username ViolinistAtHeart. Setelah lulus dari Stanford dengan dua gelar, Sejarah dan Teknik Sistem Komputer, dia membuka sebuah konsultansi paten di California. Tak sedikit kemewahan hidup yang dirasakan oleh sang sepupu.
Simmons, yang tidak pernah mengadakan kontak dengan Cho sejak meninggalkan SIS 12 tahun sebelumnya, menonton video itu dan memposting apa yang menurutnya sebuah pujian. Cho membalas dengan komentar marah.
“Bakat sastra palsu tidak cocok dengan saya yang melakukan kesalahan besar membiarkan Dan Lee masuk Stanford dulu pada tahun 1998,” tulis Cho dalam sebuah email, meskipun komentar Simmons sama sekali tidak menyebut tentang Lee. “Dan Lee benar2 menjadi aib bagi keluarga saya sebagai seorang anak pembangkang yang mendapat nilai F dan rekor dikeluarkan dari SIS,” tulisnya.
Dalam balasan kasar sepanjang 6 paragraf, Cho menuduh Lee melebih2kan skor IQ-nya dan berbohong dengan mengaku menjadi siswa berprestasi di sekolah menengah dan universitas. Lee, tulisnya, bahkan adalah pengacau sebagai seorang siswa dan dikeluarkan saat sekolah menengah. “Perlu dicatat, ini bukan kedengkian,” tambah Cho. “Saya tak punya alasan untuk merasa iri terhadap individu yang jelas2 saya pandang rendah karena kelemahan tidak jujurnya.”
Simmons tidak merespon; dia bingung apakah komentarnya telah memprovokasi kemarahan semacam itu. Tiga hari kemudian, Cho menulis lagi : “Satu hal lagi, Ms. Simmons. Orang2 penting di Asia Timur tidak membutuhkan Anda. Kami akan memiliki negara ini, dan selanjutnya, dan selanjutnya, hingga semua orang non-Asia dipaksa untuk patuh… Tentu saja, ini adalah misi dari para pemimpin pemikir seperti diri saya yang akan menggerakkan apa yang akan menyatukan Korea saat waktunya tiba.”
Dalam sebuah wawancara via phone, Cho bersedia mendiskusikan email2 yang dikirimkannya untuk Simmons tapi menolak untuk mengakui atau membantah kebenaran postingan2 blog yang tertulis atas namanya. Meski begitu, postingan2 itu berisi argumen2 panas yang sama seperti dalam email. Artikel2 blog itu menuduh bahwa Lee telah melebih2kan skor IQ dan prestasi akademiknya sambil bersikeras bahwa “ini bukan kebencian atau kedengkian”. Cho mengakui bahwa dia mengirim komentar secara online tentang sepupunya tapi dia telah berhenti melakukannya sejak beberapa waktu lalu. (Kebanyakan postingan2 blog atas namanya tak ditemukan lagi). Dalam sebuah email selanjutnya, dia meminta agar Wired tidak menghubunginya lagi, menambahkan bahwa informasi atas namanya telah “dengan keliru dikaitkan” dengannya.
Setelah kampanye melawan Lee meningkat, si penulis dengan nama Cho tampaknya mengubah hatinya dan bangkit menjadi pembela Lee, menegaskan bahwa kredensial akademik Lee valid. “Saya tidak mengerti mengapa orang2 berpendapat bahwa ijazah dan transkripnya palsu,” tulisnya.
Kerumunan massa online tidak menerimanya. “Kontroversi Tablo tak akan menguat dan tumbuh sedemikian besar jika kamu tidak memicu perlawanan terhadap Tablo,” seorang blogger bernama Pusheke merespon. “Bahkan jika rumor2 seperti ini sudah ada di sini, semuanya menjadi kuat karena Mr.Cho.” Para pemfitnah tidak tertarik untuk mendengarkan pendapat siapa pun yang bertentangan dengan sudut pandang mereka. Mereka berhenti mengutip komentar2 Cho sebagai bukti, dan perannya dalam kontroversi segera terkubur di bawah longsoran hasutan tuduhan baru melawan Lee.
Pada tahun 2010, Sewook Seo, seorang polisi di unit kejahatan cyber dari Kepolisian Nasional Korea, mulai menginvestigasi tuduhan pemalsuan yang menimpa Lee sekaligus dakwaan yang Lee ajukan. Dia menginterogasi sang artis selama 8 jam dan pada akhirnya memutuskan bahwa tuduhan terhadap Lee tidak berdasar.
Tuduhan terhadap Lee terbukti tidak benar : Dia benar2 lulus dari Stanford. Photo: Newsis
Detektif itu lalu mengubah perhatiannya kepada para penyerang Lee, dimulai dengan Whatbecomes. Seo memanggil data user si penyerang itu dari penyedia jasa Korea yang menjadi host forum TaJinYo — bahkan user2 anonim disyaratkan untuk memberikan nama dan informasi kontak mereka saat mendaftar. Dia menemukan bahwa Whatbecomes adalah seorang ayah dari 2 anak, berusia 56 tahun, dan tinggal di Chicago. Namanya adalah Eungsuk Kim.
Dalam postingan2 online, Kim menjelaskan bahwa dia memiliki 2 orang putri, salah satunya berkuliah di Johns Hopkins. Kedua anaknya sekarang menjadi dokter. Dalam pernyataan2 kepada media, dia mengaku bertanggung jawab atas penyerangan2 terhadap Tablo, menyatakan “mereka yang memalsukan gelar2 dari sekolah2 bergengsi melukai generasi muda yang jujur.” Kelihatannya dia hanyalah seorang ayah yang menjadi marah karena mendapat perlakuan tidak adil.
Pada bulan Januari 2011, Kepolisian Nasional Korea mengumumkan bahwa dakwaan yang Lee ajukan akan diproses. Pihak berwajib menahan 11 orang yang berperan dalam penyerangan2 online, dan permintaan ekstradisi untuk Kim diajukan ke US. Kasus pencemaran nama baik ini ditunda di Seoul.
Pada akhir tahun 2011, saya mengirim email untuk Kim, menanyakan tentang serangan2 itu. Dia menolak untuk berbicara pada saya di telepon dan menantang saya untuk pergi ke Stanford dan mengecek benarkah Lee lulus dari sana. Saya menjelaskan bahwa sudah melakukannya dan tak menemukan alasan untuk meragukannya. Lalu saya bertanya pada Kim apakah postingan2 online yang berkaitan dengan Cho, memiliki peran dalam menyulut kegemparan terhadap Lee.
“Anda tahu lebih baik daripada saya,” tulis Kim dan meminta saya untuk tidak menghubunginya lagi.
“Saya yakin kontroversi yang menyelimuti Dan adalah tanggung jawabnya sendiri,” kata Cho saat saya menghubunginya di konsultansi paten yang dikelolanya di Santa Clara. “Dia mendapat banyak uang di Korea dengan menjadi terkenal dan gelarnya sebagai lulusan Stanford berperan besar sebagai strategi marketing yang sangat efektif.”
Meskipun Cho bersikeras bahwa Lee melebih2kan tentang prestasi akademiknya, dia dengan cepat mengonfirmasi bahwa Lee memang berkuliah di Stanford dan lulus dengan gelar sarjana dan master. Saat saya menekannya untuk menjelaskan apa yang dia maksud dengan melebih2kan, Cho mengatakan bahwa major English itu mudah. Kelas2 jurusan itu tidak begitu sulit, dan banyak inflasi nilai mutu. “Saya mengambil dua major, tapi bukan itu masalahnya,” katanya. “Yang menjadi masalah adalah perkataannya tentang ‘Saya mendapat nilai2 A’ dan yang lain ‘saya adalah seorang super-mega jenius’.”
Saya bertanya apakah dia menyesal telah menulis artikel2 online tentang sepupunya, membuat postingan2 yang dijadikan acuan oleh para penyerang Tablo.
“Saya seorang penganut kebebasan berbicara,” katanya dan menambahkan bahwa dia tak mengatakan hal2 yang “secara pokok keliru atau berisi kedengkian”. Yang lebih penting lagi, kilahnya, dia tak bisa bertanggung jawab atas apa yang orang2 lakukan karena komentar2nya. “Hanya seperti, jika Anda mentweet sesuatu, Anda tidak mengendalikan informasi itu.”
Saat saya bertanya kapan terakhir kali dia berbicara pada Lee, Cho mengatakan bahwa sepupunya berhenti merespons email2nya setelah menjadi terkenal. (Lee berkata dia mengubah alamat emailnya dan tidak pernah mendapat pesan apapun dari Cho). Cho mengatakan dia ingin menjaga hubungan “hanya ingin menyapa, tapi dia tidak merespons.”
Mereka telah saling mengenal hampir seumur hidup dan bersekolah di sekolah yang sama, Cho menjelaskan. Tapi kemudian semuanya berubah. “Tablo tak pernah menyebut2 saya, dia tak pernah membicarakan tentang sepupunya yang berkuliah di Stanford, dan kenyataannya adalah mungkin dia sangat ketakutan,” katanya. “Dia memiliki beberapa kelemahan yang harus dia tutupi. Dan cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan tak pernah menyentuh saya, dan saya rasa kami sudah sangat tahu.”
Saya meminta Cho untuk memperinci. Apa rahasia kelam yang dia miliki tentang sepupunya?
Semua berawal saat sekolah menengah, kata Cho. Cho adalah seorang siswa berprestasi, dan saat mendaftar ke Stanford, dia menulis essai tentang ayahnya. Setahun kemudian, Lee menulis essai tentang ayahnya sendiri. Cho tidak menghargai pilihan itu. “Dia tahu saya menulis tentang ayah saya, dan dia tahu saya berperan dalam penerimaannya,” kata Cho.
Dia menjelaskan bahwa alasan besar Lee bisa masuk Stanford adalah berkat dirinya. Cho, telah menciptakan sebuah kesan baik di sana. Dan dia berpendapat bahwa gelar Stanford Lee adalah faktor utama dalam puncak popularitasnya di Korea. Tapi Lee tak hanya tidak pernah berterima kasih padanya, Lee bahkan tak pernah merespons saat Cho berusaha menjaga hubungan. “Dia mendapat masalah karena perbuatan2nya sendiri,” kata Cho. “Dan itulah yang saya rasakan sebagai seorang senior.”
Lee menghabiskan banyak waktu di tahun 2011 dengan mengurung diri di apartemen, yang hampir tidak memiliki ruang untuk meletakkan rak buku dan piano. Ijazah Stanford-nya disimpan di belakang beberapa peralatan pembersih di rak atas. Selama berbulan2 dia menulis tentang lagu2 berisi kesuraman dan kehilangan harapan, serta menyanyikannya seorang diri. Hanya sedikit hal lain yang bisa dia lakukan. Dia memupuskan harapan untuk kembali tampil. “Hidup saya sudah berakhir,” katanya.
Tapi kemudian istrinya merencanakan sebuah pertemuan dengan perusahaan manajemennya, YG Entertainment. Perusahaan ini memutuskan untuk memberikan kesempatan dan membayar rekamannya. Pada 21 Oktober 2011, mereka merilis bagian pertama dari dua albumnya dengan total 10 lagu, yang Lee beri judul ‘Fever’s End‘. Debutnya sebagai seorang artis solo adalah sebuah ledakan, memikat lewat ledakan rasa sakit, kemarahan, dan penentangan. Albumnya menerima perhatian positif yang melimpah. “Album ini membuktikan bahwa karya2nya tak berkaitan dengan efek halo yang menyelimuti kredensial akademiknya,” tulis seorang peresensi musik terkemuka, Jinmo Lim; peresensi lain di Hellokpop.com menulis, “Dalam kaitan tentang pengaruh terhadap emosi dan ekspresi, Fever’s End menyingkirkan album2nya [yang dirilis sebelumnya] — dan mengembalikan apa yang disebut album2 hip hop terbaik Korea.” Respons2 yang diterima benar2 sama secara internasional: MTV menyebutnya sebagai salah satu dari 5 album debut terbaik di tahun 2011.
Fever’s End semakin meningkat ke puncak chart2, baik di Korea maupun luar negeri. Album ini meraih no.2 di chart Billboard World Albums dan meraih no.1 dalam chart2 hip hop iTunes US dan Kanada. Tampaknya tak lagi menjadi masalah di mana Lee bersekolah. Musiknya sendiri yang membuktikan.
—
Note 1. Koreksi ditambahkan [24 April 2012/10:49 PST]. Daniel Lee masih menjadi leader Epik High.
article by : Joshua Davis (jd@joshuadavis.net) @ Wired.com
indo trans : kikawaiii @yeppopo
DON’T TAKE OUT!
cuma bisa komen : rasa dengki memang pembunuh tersadis!! ~__~
aku baru baca artikel terbarunya , katanya tablo menarik tuntutan buat para tanjidor itu .. dia g mau memperpanjang masalah …
God ! hati dia terbuat dari emas kali tuh … salute
aduh aku lagi serius2 baca tiba2 aja ngakak baca tanjidor 😆 bahahaha xD
klo g salah itu hnya untuk orang2 (member tanjidor) yang tidak ikut langsung mengancam/bertindak mcm2 sm keluarganya 😉 ..
IN YOUR FACE TAJINYO !! -_-
Artikel panjang banget , musti d baca baik2 ..
*membacaaa ….
Maacih ya author kikaawaaii ><
gak tau harus komen apa….,sedih,marah.terharu… jd satu ,luar biasa perjalanan hidup mu bang tablo…tp musikmu ttp membuktikkan kalau kau mmng jenius di musik tk perlu gelar embel2 sarjana atau master untuk membuktikkannya,fire on the music….!!!!
no tuh ada FOTONYA bisa liat !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! KISS THAT TAJINTO aaarrrrrgggggggggg kalo masih d’bilang lagi ntu foto hasil potoshop wahhhh k’banggetan !!!!!!!!!!
Ternyata akar permasalahannya cuman gara2 gak dibalas email setelah om tablo terkenal & gak pernah nyebut2 tentang dirinya setelah terkenal ~_~
bener kata autor ,, dengki adalah pembunuh tersadih
Salut buat om Tablo !!
salut juga buat tante hyejung & Appa YG ^^
nih ceritanya bisa dijadikan drama…btl2 tragis saudara sepupu yg dengki
Author kikawaiii,,gamsa..neomu neomu gomawoyo.. **bow down**
Setuju.!! Dengki pembunuh tersadis.. Maka’ny Ãϑã fitnah lbh kejam ϑάЯЇ pembunuhan,,fitnah itu slh satu akibat чänğ terjadi krn Dengki/iri.
Kalo ɑ̈кũ liat si sepupunya ΐπΐ scra gk lgs nuduh Tablo nyontek ide dy u/ essay pendaftaran ϑĭ Stanford tp ϑĭ dunia musik Tablo чänğ lbh terkenal ϑάЯЇ dy ϑαη dy terganggu krn Tablo dijuluki super mega jenius. Tablo nakal pula ϑĭ SMA.. Yo wes’lah Cho,,rejeki org Tuhan чänğ atur..!!!
Kasihan Tabloa..doi hrs’ny jd kepala keluarga membiayai anak istri tp krn fitnah itu dy jd stay aja dirmh.. Untung kang Hye jung unnie istri чänğ setia ϑαη tabah..
Wuiih,,dowo’ne komentar q (¬˛ ¬ ”)
Okeh, sprtiny ini slh 1 bntk kedengkian mr. Cho yg notabene lbh pntar, rjin, n patuh d’skolah tp, nsibny krg bruntng, yah psti ngerasa “kok si A yg jlas2 lbh xxx dr saya bsa lbh sukses dr saya? Knapa? Knapa? Apa ad yg salah?” D’tmbh pula bg Tablo yg katany gk merespon niatny untk menjaga hbungan.
Tp, wlwpn dmikian jgn ampe lah, bwt org jd mendrta (hmpr gila) aplgi dy sepupu sndri =.=
he…he..he..sorri komen lg thor…cm mo bilang salut buat appa YG…!!!! yg mau nerima tablo….jd artisnya…
Kecemburuan saudara sepupu ternyata bisa sebesar itu efeknya?
Ya ampun…
Kan sepupunya Tablo itu juga udah kaya…cuma gak se-terkenal Tablo aja kan?
Ckckckckck
Melecehkan gitu ya sepupunya, mau di fakultas manapun yang penting kan Stanford, masuknya aja susah…hehe
Anyway, sekarang Tablo kan udah baik-baik sajaaaa….. 😀
RT berat..
Kaya’ sinetron..yang satu rajin..yang satu ndablek..tapi sama diterima di skul favorit..yang bengal terkenal+istri cantik..yang rajin biasa aj..
Bukannya setelah kasus ini, Tablo dgn kebenarannya (plus bumbu kebandelannya) akan semakin terkenal…bisa mati iri tuch sepupu..
heran gue padahal sepupu sendiri.. dari kecil main bareng..
gedenya kok malah gitu banget ya ._.
nasib udah ada yg ngatur, ga usah lah pake dengki2 an segala 😦
hontoni arigato ne, kiiika chan 😉
tp bntr mlm deh bru bc,, biar lbh konsen ^^
hem,pas baca penampilan bang tablo di wawancara itu kasian banget, sama pas yang di RS buat check up anaknya..fuuuhh..sabar ya bang emang gini cobaan >,>> nah ini setuju banget,missunderstanding dan miss komunikasi antarsepupu bisa berdampak sebegini parah 😦
“Tampaknya tak lagi menjadi masalah dimana Lee bersekolah. Musiknya sendiri yang membuktikan.” >>>> ini juga setuju banget, untung masalah bisa ‘selesai’ dengan cukup baik, fighting bang tablo !!!!
thor, artikel ini panjang loo, panjaaaang..keren deh author bisa translate sepanjang ini, gomawoyo eon 😉
(itu yang diatas kepotong -_-)
hem,pas baca penampilan bang tablo di wawancara itu kasian banget, sama pas yang di RS buat check up anaknya..fuuuhh..sabar ya bang emang gini cobaan >,>> nah ini setuju banget,missunderstanding dan miss komunikasi antarsepupu bisa berdampak sebegini parah 😦
“Tampaknya tak lagi menjadi masalah dimana Lee bersekolah. Musiknya sendiri yang membuktikan.” >>>> ini juga setuju banget, untung masalah bisa ‘selesai’ dengan cukup baik, fighting bang tablo !!!!
thor, artikel ini panjang loo, panjaaaang..keren deh author bisa translate sepanjang ini, gomawoyo eon 😉
kalo sepemahaman ku baca artikel ini…
huuuaaaaaaaaaaaaaa SEBELLLLL banget ma SEPUPUnya…
sodara sendiri di jelek2in…
giliran jadi masalah dianya sembunyi di balik genteng bareng tikus >..<
😦
heran ya..padahal keluarga sendiri, cuma krn ga disebut namany pnh sm2 skul di Stanford trs jd benci gtu?
salah satu ciri oran yang wise itu ya humble.sekolah di salah satu sekolah terbaik di dunia tidak membuat orang jd berpikir lebih bijak.pintar iya,tp simpati ato rasa kasih sayang g dipupuk dgn baik,even skolah diskolah terbaik.mati rasa mereka..
apa hebatnya skolah di stanford tapi kelakuan tidak menunjukkan orang yang berpendidikan tinggi?hanya bikin malu almamater saja,mempermalukan diri sendiri..
skolah hanya sekedar skolah,tp pemikiran,mirip2 sama orang yang ga skolah 😦
Jujur, saya ngerti maksudnya si mr.cho.. Dan rasa jadi mr.cho itu emang sakit.. Cuman keadaan jadi agak salah paham.. Dia berusaha baik, tapi tablo ga respon.. Dia kira tablo gatau diri, tapi tablo nya gatau kalo dia berusaha dihubungin.. Salahnya tablo dia gamau berusaha hubungin balik sepupu nya yg uda bantu dia.. Gue setuju kalo itu bukan kedengkian, tapi lebih kemarahan cz gadianggep ma tablo.. Mr.cho gabilang tablo malsuin, cuma melebihkan iq nya.. Dia ngomong yg bener mnurut dia, tapi itu dijadiin senjata ma org2 tanjio yg menimbulkan presfektif salah.. Tapi salah nya mr.cho, karna kemuakan or kekeselan nya itu menghancurkan idup sodara sendiri.. Dia gamikir hal kecil yg dia tulis bener2 berujung parah bet buat tablo.. Bahkan ampe bener2 ngancurin idup tablo and famili.. Kesalahan kecil tablo yg masa lalu harusnya gapantes buat balesannya separahbet yg diakibatin ma ksalahan kecil si mr.cho.. Mr.cho gara2 ksalahan tablo cuma sakit hati sendiri, kecewa, gedek, yg harusnya bisa diselesein kekeluargaan.. Tapi tablo, karna ksalahan kcil dia ampe seancur itu ma kluarganya.. It’s really not affair..
Intinya buat MR.CHO “HATI-HATI LISANMU BAHKAN JAUH LEBIH TAJAM DARI PISAU YG DAPAT JAUH LEBI MEMBUNUH ORANG”
buat tablo “hidup gaselamanya muluk2 amat, kadang emang harus nyusruk dulu kejurang, berusaha naik lagi kejalan, kalo uda, mungkin aja bisa kepuncak lagi, bahkan lebi :)”
hehe saya hanya melihat sisi dari ke2 pihak terkait
buat tanjio
“SADAR WOY FITNAH LEBI KEJAM DARI PEMBUNUHAN”
note: baru kali ini sadar arti fitnah lbi kejam dari pembunuhan, dulu saya mendingan difitnah.. Tapi kalo gini juga emang separah dari bunuh orang..
Jadi intinya..
org2 sana brpikir krn info2 fitnah itu dr sepupu tablo sndiri so pazti info y bnar..
ckckck.. *jd spupu koQ dengki bgt y..* -______-
Cba nie kisah di jdikan NOVEL…
pzti bkal larisss…
setuju bgt ma author..
dengki itu pembunuh tersadis…
terlalu banyak hal untuk dikatakan ttg si tukang2 fitnah dan sepupu yg super aneh ini, GRAWR, bete banget ama orang2 macem ini yg wth bgt,…
dirrimu rajin, sepupumu bengal, kan pribadi sendiri2,…
semua orang punya jalan masing2, punya kelebihan kekurangan sendiri2,.. aigooo,….. kasian bgt si Tablo,.. T_T
perhatianku terpaku pada kalimat ini :
“Mereka mengirimkan peringatan detail bahwa letak tanda2 koma dan kata2 hubung di dokumen itu menimbulkan kecurigaan. ”
mana guru bahasa, mana guru BI? *clingakclinguk, summon @big_dae
*merasa terpanggil*
“Mereka mengirimkan peringatan detail bahwa letak tanda2 koma dan kata2 hubung di dokumen itu menimbulkan kecurigaan. ”
maaf muridku,, kakak guru ini tidak pernah melihat (lebih2 memiliki) langsung ijazah stanford.. jadi g bs berkomentar bnyak..
yang jelas,,,, hati-hati ,, jangan salah baca Tanda.. . wkwkwk
*nod2 kakak guru, … kekeke,berasa film sun go kong (?)
“yang jelas,,,, hati-hati ,, jangan salah baca Tanda.. . wkwkwk”
*lihat kelangit, sepertinya malam ini panas dan nggak ada badai (eh)
**ditabok @bigdae, tanda baca nak, bukan tanda alam ==”
***nod2
bnar2 mirip CAIN and Abel,,, atau KIM TAK GU dan GU MA JUN kkk
stelah mmbaca postingan dr mr.cho, sepupu bang tablo sendiri,, yakinlah saya,, bahwa DANIEL LEE and Fam memang JENIUS.. 😉
tp postingan2 yg dibuat mr.cho bner2 seperti menyiramkan air dalam minyak panas., sehingga membangunkan singa yang lagi tidur (baca: Whatbecomes),,,
Ternyata bertahun2 penderitaan bang tablo berasal dari rasa dengki seorang ayah 2 anak yang ‘merasa’ mendapat perlakuan tidak adil, dan Rasa sakit hati seorang Teman/sepupu/sahabat(?) yang ‘merasa’ terlupakan/terabaikan
Ceritanya Bang Tablo sama the gank Tanjidor udah kayak drama aja..
Sekarang ditambah rasa iri-nya Mr. Cho (yg pasti bkn Cho Kyuhyun) udah tambah laris manis aja deh klo kisahnya bisa diangkat ke layar kaca..
Ikutin kisah ini sbg orang Indo, yg netral.. Udah nangis2 sambil makan kacang liat nasib Tablo tp gak bisa ngapa2in, cuma bisa nonton doank..
Tp satu hal yg harus diakuin, karya2 musik Tablo itu Daebakkk!!!
Gen keluarga Tablo bener2 superior! Tapi sayang, ada yang gak seimbang IQ, EQ en SQ – nya. Salut juga mas istrinya Tablo, setia en tabah menemani Tablo menghadapi masalah yang sangat berat.
kebencian antar sepupu, rasa nha itu klise, tapi sering banget terjadi di dunia nyata..
aku bersyukur Tablo ga milih bunuh diri kayak beberapa artis korea lain, dan bertemu sama Papa YG..
Bang Tablo sekarang bisa bermusik-ria lagi..
tinggal nunggu Epik High manggung lagi..
baru selesai baca semua.. fiuhh
emang bener,,dengki itu pembunuh tersadis..
Ketika baca artikel ini, dan baru mengerti benar kesedihan dan kesengsaraan Tablo.. langsung inget lirik lagu buatannya :
“no no no no more.. tomorrow..”
terharu… sedih.. air mata ikut mengalir.. T_T
Somehow.. i wanna this story becomes a movie..
TABLO is a genius musician.
LOVE TABLO..